Senin, 21 Juni 2010

Salam Perpisahan


Buat apa berlama-lama menatap jendela
bangkitlah, dan warnai harimu sendiri
sayang

ubah penyesalanmu menjadi geliat tawa
yang membasuh warna bumi,
jika kemudian kau harus lelah
maka ada pelukan siap nyandingmu
dengan sejuta mimpi yang dia janjikan

yakinlah, kau tak sendiri merangkai hidupmu
ada rose yang siap membagi harumnya,
dan ada sekelompok dara
yang mengajarimu terbang bebas diangkasa

Teruntuk dindaku....
maaf jika tak dapat membeli bintang
yang dapat menghiasi langit hatimu,
tak ada tawa atau bahagia disini
hanya ada kebaikan

mungkin kau bisa pergi
mencari seniman tawa dan bahagia
yang lain
percayalah!!!
Tuhan Bersama mu
Dindaku.....

Pembunih Asmara

Kini kau ganjilkan semua cintaku
saat dahulu pernah kau tersenyum atasnya,

ya... kau patahkan kuas mimpi yang ku punya
dan kasihku, tahukah kau
betapa hati yang ingin menggambar
pelangi diatasnya masih bening
bahkan hambar...

dari sana mungkin, kau tersenyum
indah menggores hati,
atau dari sana mungkin, kau menangis
bahagia penuh menang

ketika kesumat dalm hatiku menjadi-jadi
tidak kah ada toleransi dalam rasamu
yang kau sebut CINTA
Hai Pembunuh Asmaraku....

dan kini kau jauh dimata
entah dalam riang atau bahagia
dikala hatiku kian merana.....

sajak malam


Hujan jangan kau turun malam ini,
cukup malam yang saja menemani rindunya dengan dingin

aku tahu
ada goresan dalam tiap langkahnya yang duka,
hingga lelahnya terhempas pada pejaman mata,

jika ku dapat hilangkan duka
dan ku dapat bentangkan mimpi

maka kepakanlah sayapnya
agar dia dapat meraih mimpi
yang sempurna

pejamkanlah mata
yang lelah menyimpan cerita
tentang luka

lalu tataplah pelangi
yangku kirimkan
tuk menghapus saputan
yang memendungkan suryamu,

Sabtu, 13 Maret 2010


tahu kah kau tentang Hidup????
dalam pandanganku,
hidup adalah semisal jalan,
yang siapapun tidak tahu,
dimana jalan itu berakhir,

ada yang bilang,
akhir kehidupan adalah
kematian,

namun tidak bagiku....
kematian adalah sebuah gerbang,
dimana setaip orang akan melaluinya,
menuju kehidupan lain,

ah....
lantas siapakah aku???
aku adalah dia yang hidup,
aku adalah kamu yang akan mati,
aku adalah kita,

adalah Roh (jiwa),
adalah Logika,
dan perasaan (intuisi)
yang akan selalu hidup

Semua Mewujud
dalam Jasad yang materi,
yang pasti berubah, kemudian mati....

lantas...
dimanakah teman, sahabat, Kekasih, dan cinta???

teman adalah mereka
yang berkaitan dengan jasad,
yang memberikan kita minum ketika haus,
namun tidak memberi tahu kita,
dimana letak mata air yang sesungguhnya,

sahabat adalah mereka,
yang berhubungan dengan Logika,
memberikan kita langkah-langkah tepat,
dan petunjuk saat tersesat,

Kekasih adalah Dia,
yang bertalian dengan Intuisi
menemani kita dengan Kasih,
yang Menanamkan pohon Kasih sayang,
untuk kita petik buahnya,
dan menghias setiap sisi taman hati,
guna menebar aroma dan warna pada hidup

Cinta adalah Kita,
yang menyatu dengan Jiwa,
dan merupakan pengikat,
antara Hidup, dan Kehidupan

Cinta adalah Kita,
yang terdiri atas kesatuan,
Jiwa, Logika, Intuisi, dan Jasad,

karena Jiwa tempatnya Cinta lah...
yang membuat,
akal,
perasaan,
dan jasad,
menjadi hidup,

Surat Cinta Dimalam Sabtu


Bulan yang genit menampakkan parasnya,
saat kota ini dihantui gelap,
seru canda para wanita menambah keindahan malam,
meski dalam hati terbesit ketakutan,

dan di sudut yang lain
derap langkah kaki menuju sebuah pesta,
meriahnya melupakan cinta Si Bulan,
hingga ia bersedih, dan bersembunyi dibalik awan-awan,

langkah kaki itu terhenti di penghujung ruang,
seolah ragu, dan mencari dimana sebenarnya
yang di Cinta????

sebuah pesan masuk, menyirami relung hati yang tadinya gersang,
memberi tahu disudut mana birahi itu berada,
namun, langkah kaki itu enggan untuk kesana,
seperti membiarkan birahi itu menghampirinya,

waktu berdekat, ia jadi gugup,
serasa mulut ini jahit oleh benang wol,
bagai lidah ini mempunyai tulang,
tapi jiwanya berontak,
menuntut agar cinta dapat terucap,

di carinya secarik kertas, dan sebuah pena,
di goresnya dengan terburu-buru,
mebuat kata-katanya hancur berantakan,
walau tak mempengarui maksud pengertian,

sebuah surat cinta tercipta,
pada malam sabtu kelabu,
ketika gerimis mengampiri,
karena bulan yang bersedih tlah bersembunyi,

langkah kaki pulang menuju istananya,
sembari menunggu vonis dari cintanya,
dan dengan sabar,
ia berdiri diatas Sajadah
untuk BERCINTA dengan TUHANnya
Memanjatkan doa,
Agar kiranya
Esok ia dapat meraih CINTA....

Jelajah Semesta


kalau hatimu menggebu pada langit biru,
jelajahilah, dan beri ia warna pelangi,
dengan kuas imaji mu,

lalu... terbang terbanglah dengan tarian itu!!!
dan buatlah pasir-pasir yang enggan berpijak cemburu,
buatlah para Dara itu malu,

kau terbang dengan cita-citamu,
dan mereka terbang dengan keterpaksaan,

itulah bedanya!!!

namun jangan engkau lupa, jangan engkau lalai,
bahwa bum ihijau adalah pijakkanmu selamanya,
ini adalah kampungmu,
kampung yang perlu kau warnai dengan lestari.....

Jumat, 12 Maret 2010

Catatan Untuk 21 tahun Umurku


kalau kau tahu mengubah Malam jadi pagi,
mengapa tak kau ajarkan padanya???
beri ia kata,
beri ia bahasa,
lalu beri ia kuas dan kanvas,
agar ia bisa melukis pelangi dilangitmu,

ah...

21 tahun aku hidup,
cukup kenyang dengan sebakul nasi,
secangkir kopi,
dan selembar informasi,

namun tetap saja
mulai dari nol...
satu
dua
tiga
tanpa...
sol la
si do....

simpul hari yang kusut mengkerut,
merubah imaji buntu beremuk,

heehe...
beribu pasir terbang menari,
enggan berpijak bumi kembali,
biarkan,
biarkan ia menjadi pendamping kepakan bidadari,
mungkin itulah surga yang mereka ciptakan sendiri,

mereka berkata padaku :
*sudah 21 tahun
halam buku-bukumu ditempeli
berpiring-piring kenyang, berjam-jam lelap,
bermeter-meter lamunan, bertumpuk-tumpuk bosan,
berkarung-karung jam dan detik, bersesak-sesak keinginan,
mengapa tak kau tulis sendiri???
mulailah dengn huruf A dan bunyikan Aaaa,
jangan akhiri saat koma, tanda tanya, dan tanda petik
buatlah gambar, peta atau catatan kaki
bukankah buku ini milikmu???
dia ada untuk bisa dibaca dan
disimpan dalam drive D
agar bisa dilengkapi oleh laju langkahmu.

(tanda (*) dikutip dari Novel Titik Merah karya Retni Suprihati)