Senin, 23 November 2009

Malam Itu pun Berakhir

dan bersama malam,
kulalui gurat-gurat ketenangan,
sejenak terpeluk dalam diamnya,
kemudian hanyut, terbelai dalam mimpi-mimpi indah,

sajian mimpi itu terpatri dalam qalbu,
kemudian ia tumbuh subur menjadi cita-cita,
perjuangn keras menghampiri siangku,
hingga datang malam dengan sejuta indahnya,

lelah langkah menentukan arah,
namun malam steia mengobatinya,

dan.... hari ini, malamku ber akhir,
berakhir untuk selamanya,
ia telah menjadi milik orang

Jumat, 26 Juni 2009

Senandung Keraguan

Ku pandangi cakrawala senja, sendu terlihat, adakah malam kan berbintang??? ataukah gelap pekat yang mengikat.

sejenak aku membisu, teriakkan Rasa didalam Qalbu, Mulut tak mampu berkata sempurna, biarkan saja, Alam yang akan memberi tahunya,

Aku takut menghadapi waktu, dia megitu cepat berlalu, sementara aku masih menunggu,

aku terlena dengan nasib, sebentar aku tersadar, bahwa sutra tak sebangsa dengan benang, bahwa emas tak sekasta dengan loyang,

Apakah ia pantas untukku, tolonglah.... sidungu ini minta diberi tahu,
aku tersesat dalam jalanku, aku terkurung dalam ruangku....

Beri aku Cinta.... candunya membuat lupa, biarkan aku meneguknya hingga mabuk, lalu tinggalkan ku sendiri dipeluk maut.....

Ruangku

aku terikat pekat, sesak berselimut gelap,
kemanakah angkuhku,
dulu semua adalah milikku,

aku tak pandai lagi bersua,
mulut, tak sempurna lagi tuk berbahasa

aku mati dalam FANA....
bahkan tuk skedar membuka mata.aku tak sanggup....

biarkan samirana bergema.....
sambil mencabut nyawaku dengan manjanya.
namun ketika hadirnya, aku ingin dalam dekapan kama,
dan biarkan aku menjadi pemenang sementara,

lalu tinggalkan aku dalam ruangku,

ruang hampa yang kosong,
yang terdengar hanya Jiwa yang terus Melolong....

Ini...
kusuguhkan cawan cinta bersama madu araknya....
kalian adalah tamuku,dalam kerajaan hatiku,
ya. aku adalah raja yang bersinggasanakan LUKA,
Bermahkotakan zamrud kehancuran,
sendu sedan dalam memaknai kehidupan,

ayo.... datanglah ke kerajaanku,
lalu tertawakanlah daku,
makilah aku sesukamu,
namun jangan pernah kau ingatkan aku tentang Punggawa jiwaku,

aku kosong,
sepi,
lalu MATI

Tarian Cendana

Mentari Masih menyisakan sinar keremajaannya,
saat Para cendana menari cantik, di iringi biduan pagi nan berseri...
ah.... merdunya suara musik dari celah dedaunan berbisik....
tarian mendayu-dayu cendana, menyambut seruan birahi sang Surya,
yang masih tersenyum genit dibalik selimut pagi...

aha.... sang surya terus merayu, membuat cendana tambah khusuk dalam penghambaannya,
pada sang surya mereka berlomba, siapakah yang tariannya dapat menggoda sang surya,
agar mereka terus meninggi, menggapai cinta birahi sang mentari....

owh... lihatlah cendana tua di sudut sana,
tak mampu lagi menari elok merayu cahaya, ia patah dalam menghadapi kenyataan,
bahwa sendi-sendi telah rapuh dimakan zaman....

sejenak sesadar terhadap kehidupan, bahwa Rayuan sang surya hanya sebuah fatamorgana,
dalam diamnya ia berbahasa "umurku tlah kuhabiskan tuk merayu sang mentari, aku adalah hamba surya yang sangat setia, dalam badai ataupun kemarau, aku tegar.... aku tetap menjulang tinggi guna memenuhi hasrat Birahi, aku ingin mencumbu surya.... menikmati keabadian hangat sinarnya, namun hingga kini, sepandai apapun kau merayunya, seindah apapun biduan yang kau persembahkan, keabadian itu hanya Fatamorgana, dan biarkan saja ia kan tetap jadi utophia..."

cendana tua berusaha berbagi lara, tetapi penerusnya terus berderai dalam alunan simphoni alam,
rayuan sang mentari membuat mereka terlupa. bahwa pengalaman pahit cendana tua, adalah pelajaran yang sangat berharga,

Biarkan Para cendana talam tariannya, biarkan mereka mengikuti birahi sang surya, biarkan waktu yang akan bicara, bahwa biduan, nyanyan, dan rayuan yang mereka suguhkan..... hanya mendatangkan kesia-siaan......

Hilang

Ia datang tadi, duduk disampingku,
kemudian membisu, a
ku tidak faham apa yang terjadi,
rasa itu datang kemudian pergi,
aku jadi hilang ingatan,
dalam diam..... aku berbahasa....
namun ada apa dengan si dia???
apakah diamnya suatu pertanda,
bahwa cintaku tak tersampaikan padanya???

atau aku memang dungu,
mengharap cinta yang tidak pantas untukku???
tapi hati ini terus menunggu...
jawaban yang telah lama membisu.


Lama ku zhalimi sidia.....
biarkanlah cinta hilang tanpa makna,

lalu kurunglah aku dalam ruang kama......
dan biarkan aku mati, karna tak ada yang punya.....